Jumat, 20 Mei 2016

PPDB Online Kota Bekasi 2016

26.216 KK Keluarga Miskin di Kota Bekasi

Kalau Bukan di Sekolah Negeri, memang siswa miskin bisa sekolah... sebab, kalau di swasta apabila diberikan subsidi per siswa sebesar Rp. 500 ribu maka sekolah otomatis dengan berbagai alasan akan menaikkan SPP hingga Rp. 700-800 ribu


Kota Bekasi (BIB) - Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) Online Tahun Pelajaran 2016/2017 di Kota Bekasi akan menjadi polemik karena tidak mengakomodir siswa miskin 100 persen. Padahal dalam Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 2014 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan Pasal 18 ayat (7) mengatakan "Wajib memperhatikan akses layanan pendidikan siswa miskin dalam rangka Program Wajib Belajar 12 Tahun di Kota Bekasi".

Berdasarkan data dari Dinas Sosial Kota Bekasi terdapat sedikitnya 26.216 KK Keluarga miskin yang tersebar di 56 kelurahan dan 12 kecamatan di Kota Bekasi.

Dinas Pendidikan Kota Bekasi sendiri sudah berniat akan memberikan kuota siswa miskin dalam PPDB Online Kota Bekasi Tahun Pelajaran 2016/2017 sebesar 5% dari daya tampung. Bila dihitung dari daya tampung sekolah, misalnya untuk jenjang SMP, berarti kuota siswa miskin hanya sekitar 7.500 siswa dapat masuk SMP Negeri.

Sedangkan pada jenjang SMA diperkirakan jumlah siswa miskin yang diterima di SMA Negeri hanya sekitar 330-an siswa. Dan di jenjang SMK yang diterima mencapai 190-an siswa. Sehingga total ssiwa miskin yang diterima hanya berkisar 8.000-an siswa.

Jumlah siswa yang lulus SD saat ini di Kota Bekasi mencapai 43.395 orang dan daya tampung 43 SMP Negeri hanya sekitar 15.988 orang. Sehingga ada sekitar 27.407 siswa yang harus rela tersisish dan harus bersekolah di sekolah swasta.

Untuk jenjang SMA, dari 18 SMA Negeri hanya dapat menampung siswa sekitar 6.658 orang, sedang jenjang SMK yang memiliki 12 SMK Negeri daya tampung keseluruhan ruang kelas tidak lebih dari 3.842 siswa. Sehingga jumlah siswa tertampung di SMA/SMK Negeri di Kota Bekasi hanya berkisar 10.500 orang.

Sementara yang lulus SMP tahun ini mencapai 35.470 siswa. Dengan demikian ada sekitar 24.970 siswa tidak tertampung di SMA/SMK Negeri di Kota Bekasi.


Berikut ini jumlah sekolah dan siswa yang akan bersaing memperebutkan kursi sekolah negeri pada PPDB Online Kota Bekasi Tahun Pelajaran 2016/2017 : 

PPDB ONLINE KOTA BEKASI TAHUN 2016

NO
JENJANG
JUMLAH PESERTA
DAYA TAMPUNG
SISA
SISWA
SISWA
SEKOLAH
(01)
(02)
(03)
(04)
(05)
(06)
1
SMP
43.395
43
15.988
27.407
2
SMA
35.470
18
6.658
24.970
3
SMK
12
3.842

Sumber : Diolah Oleh Sapulidi Riset Center (SRC) Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Sapulidi, 2016

Menanggapi kuota siswa miskin yang diberikan hanya sebesar 5%, Direktur Sosial dan Pendidikan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Sapulidi, Te ngku Imam Kobul Moh. Yahya S, mengakui kebijakan itu melanggar asas dan aturan yang dibuat sendiri oleh Pemerintah Kota Bekasi.

Menurutnya subsidi Biaya Operasional Sekolah (BOS) baik dari pusat maupun daerah diutamakan untuk program akses layanan siswa miskin. Tetapi, kalau kuota siswa miskin hanya 5% berarti program pendidikan gratis salah sasaran di Kota Bekasi.

"Artinya 95% subsidi biaya pendidikan itu dinikmati oleh orang kaya. Siswa miskin hanya kebagian 5% saja. Masak Pemerintah Kota Bekasi mensubsidi siswa kaya? melanggar aturan dong !!!," terang Bang Imam, panggilan akrab pemerhati pendidikan ini.

Yang lebih aneh menurut Bang Imam, pada Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 17 Tahun 2010 dan PP 66/2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan serta PP 48/2008 tentang Pendanaan Pendidikan disebutkan sekolah swasta milik masyarakat minimal harus mensubsidi siswa miskin 20% dari daya tampungnya.

"Swasta saja kewajibannya 20% untuk siswa miskin, masak sekolah negeri hanya 5%, kan jadi aneh. Kalau bukan di sekolah negeri, kemana lagi siswa miskin akan bersekolah?" tanya Bang Imam, heran.

Sebab, dia menambahkan selama ini sekolah swasta misalnya tidak pernah memberikan subsidi pendidikan gratis terhadap siswa miskin.

"Kalau ada subsidi dari pemerintah untuk swasta misalnya Rp. 500 ribu per siswa, sekolah swasta secara otomatis akan menaikkan biaya pendidikan hingga Rp. 700-800 ribu. Sehingga berapapun subsidi yang diberikan, yang namanya gratis di swasta itu tidak mungkin. Sehingga tidak ada alasan pemerintah untuk menolak siswa miskin," terang Bang Imam yang tinggal di Bekasi ini.

Dia berharap idealnya seluruh siswa miskin wajib diterima disekolah negeri tanpa persyaratan apapun. Karena ini menyangkut kesuksesan Program Wajib Belajar 12 Tahun.

"Saya setuju siswa miskin wajib masuk 100% di sekolah negeri. Sisanya baru untuk siswa berprestasi di bidang akademik dan non akademik. Kalau siswa kaya masuk sekolah swasta favorit saja," terangnya.

Minimal, menurut Bang Imam, porsi siswa miskin harus lebih besar kuotanya bisa masuk sekolah negeri.

"Misal 60% siswa miskin, 20% siswa berprestasi akademik/non akademik, 10% siswa luas daerah dan sisanya baru deh siswa kaya. Itupun diprioritaskan bagi siswa yang tempat tinggalnya dekat dengan sekolah. Yang jelas tidak ada kamus-nya siswa kaya disubsidi pemerintah, kecuali yang berprestasi oke dikasih tempat." ungkapnya.

Bang Imam berpesan terhadap siswa kaya agar memilih bersekolah di sekolah swasta favorit seperti Al-Azhar, Darussalam, Penabur, Marsudirini, Victory Plus, Global Prestasi dan sebagainya.

"Gak malu tuh orang kaya masih mengemis, bersekolah di sekolah bersubsidi !!!," beber Bang Imam lagi.

Dukung 100% siswa miskin masuk sekolah negeri .....

#BangImamBerbagi #SiswaMiskin100PersenMasukSekolahNegeri #PPDBOnline #KotaBekasi #2016

ARSIP PPDB ONLINE 2015 :

1. PPDB Online Jenjang SD Negeri 2015
2. PPDB Online Jenjang SMP Negeri 2015
3. PPDB Online Jenjang SMA Negeri 2015
4. PPDB Online Jenjang SMK Negeri 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silahkan memberikan komentar yang tidak menghasut, memfitnah, dan menyinggung sara dan komentar menjadi tanggung jawab pemberi komentar. jika komentar lebih panjang dan memerlukan jawaban bisa ke email: bangimam.kinali@gmail.com, WA 0813-14-325-400, twitter: @BangImam, fb: Bang Imam Kinali Bekasi, ig: bangimam_berbagi