ISU
TEMATIK 5 UNTUK KONGRES SUNGAI INDONESIA
Kebangkitan peradaban maritim yang
bukan saja ditandai dengan eksisnya industri kelautan, tetapi juga tumbuh
kembangnya kebudayaan dan kesejahteraan manusia pesisir serta wilayah penyangga
antara daratan dan lautan.
Banjarnegara (BIB) - Nusantara,
sebagaimana disebutkan dalam negarakertagama,
terbayang sebagai kesatuan maritim yang saling terhubung oleh air. Interaksi
antar pulau dalam bentang Sabang hingga Merauke seyogyanya tidak bisa
dipisahkan dari laut. Di Jawa, kota-kota besar, Surabaya, Semarang dan Jakarta,
terbentuk oleh kehadiran pelabuhan-pelabuhan. Demikian pula di Kalimantan,
peradaban bahari bertaut erat dengan relasi dagang antara kesultanan besar
seperti Banjarmasin, Sampit dan Pontianak dengan suku-suku yang bermukim di
sempadan sungai di Kalimantan. Sebagai sebuah perspektif, sungai-sungai ini
menjadi penali bagi persekutuan komunitas yang menghuni pulau-pulau ataupun
kampung-kampung.
Dengan
modal kekuatan sumber daya manusia sebesar 250 juta orang penduduk adalah
terbesar keempat di dunia setelah Tiongkok, India, dan AS. Jumlah penduduk usia
produktif lebih banyak ketimbang yang berusia tidak produktif (bonus
demografi), dengan jumlah kelas menengah yang terus meningkat dari tahun ke
tahun, dan juga modal kekayaan alam yang melimpah dan beragam baik di darat
ataupun lautan, serta posisi geoekonomi yang sangat strategis di jantung pusat
perdagangan global. Ada sekitar 45% dari seluruh komoditas dan barang yang
diperdagangkan di dunia dengan nilai US$1.500 triliun per tahun diangkut
melalui laut Indonesia (UNCTAD, 2010). Sampai hari ini negeri kaya raya ini
belum mampu mensejahterakan rakyatnya.
Karena
kita mendapati sebuah ironi, bahwa filosofi yang mendasari setiap kebijakan
nasional kita selama ini selalu bertumpu pada paradigma “daratan”. Di sinilah
letak ironinya, negara kita yang sejak dahulu tersohor dengan negara maritim
dengan wilayah yang 75% lautan, namun
kita sama sekali mengabaikan bahkan “memunggunginya”. Tidak mengherankan bila sampai saat ini, negara-negara
lainnya yang justru menangguk keuntungan dari semua kekayaan laut kita.
Sampai
saat ini, pencapaian hasil pembangunan maritim Indonesia masih menyisakan
begitu banyak persoalan dan pekerjaan rumah bagi pemerintah. Salah satu buktinya adalah hingga kini
kontribusi seluruh sektor maritim terhadap PDB hanya sekitar 20%. Padahal, pada
Negara-negara dengan potensi kekayaan laut yang lebih kecil ketimbang
Indonesia, seperti Islandia, Norwegia, Jepang, Korea Selatan, Tiongkok dan
Thailand, kontribusi bidang maritimnya rata-rata telah mencapai di atas 30%
dari PDB.
Hal
lain yang perlu diingat, peradaban sungai
adalah peradaban yang menyangga teritori daratan dan laut. Peradaban yang
menjadi pintu keluar masuk bagi pertukaran budaya daratan dan budaya pesisir.
Artinya, jika upaya mewujudkan poros maritim hanya bertumpu pada paradigm
“kelautan” semata, maka sudah bisa dipastikan kesenjangan atau ketimpangan
pembangunan pasti akan terjadi seperti pada masa Orde Baru, namun dalam wujud
yang berbeda. Untuk itu diperlukan sebuah cara berpikir dan bertindak baru
untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama.
Kesiapan
untuk menyongsong era baru, era Negara Maritim yang kuat dan mampu
mensejahterakan warganya kita akan sama-sama menggalinya melalui pertanyaan
–pertanyaan reflektif berikut ini :
- Apa saja bentuk peradaban sungai yang
harus dipelihara dan dikembangkan untuk mewujudkan poros maritim dunia ?
- Mengapa peradaban sungai tersebut penting
untuk terus dikembangkan ?
- Bagaimana cara dan strategi untuk
mentautkan peradaban sungai-daratan-pesisiran agar melahirkan sebuah
kemajuan dan kesejahteraan bersama
?
- Hal-hal apa saja dari aspek
regulasi-konsepsi-basis yang harus disiapkan untuk memperkuat perwujudan
Negara poros maritim ?
Sektor
maritim yang demikian berpotensi
mengangkat harkat, martabat dan kesejahteraan rakyat harus dikelola dengan
bercermin pada konstitusi kita tentang “bumi, air serta kekayaan yang
terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”
Tujuan
- Menemu kenali dan memetakan bentuk-bentuk
peradaban sungai untuk mendukung perwujudan poros maritim, Apa, Siapa,
Dimana dan Melakukan Apa.
- Merumuskan strategi bersama untuk
mengembangkan peradan sungai yang mendukung poros maritim.
- Menginventarisir kebutuhan peraturan dan
payung hukum untuk memastikan berjalanan tujuan bersama mewujudkan poros
maritim yang ditunjang dengan peradaban sungai.
#KongresSungaiIndonesia2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
silahkan memberikan komentar yang tidak menghasut, memfitnah, dan menyinggung sara dan komentar menjadi tanggung jawab pemberi komentar. jika komentar lebih panjang dan memerlukan jawaban bisa ke email: bangimam.kinali@gmail.com, WA 0813-14-325-400, twitter: @BangImam, fb: Bang Imam Kinali Bekasi, ig: bangimam_berbagi