Timika (ANTARA News) - Material sisa pasir tambang atau tailing PT Freeport Indonesia yang dialirkan melalui Sungai Otomona di Kabupaten Mimika, Papua tidak mencemari air sumur warga Kota Timika.

General Super Intendent Environmental Monitoring Departemen PT Freeport, Gesang Setiadi di Timika, Rabu mengatakan perusahaan telah membuat sekitar 40 sumur pemantauan di pinggir tanggul pengendapan tailing di dataran rendah Mimika mulai dari Kwamki Lama, Kampung Pisang Koperapoka hingga Gorong-gorong Timika.

Dari penelitian yang dilakukan Departemen Lingkungan Freeport yang diuji pada laboratorium Sucofindo disimpulkan bahwa air sumur warga Timika tidak mengandung zat-zat yang berbahaya bagi kesehatan.

"Tidak ada kandungan zat berbahaya yang melampaui baku mutu lingkungan. Jadi masyarakat Timika tidak perlu khawatir," kata Gesang.

Meski begitu, Gesang mengatakan dari penelitian air sumur yang jauh letaknya dari areal pengendapan tailing Freeport, ditemukan kandungan mangan yang cukup tinggi. Hal itu diakibatkan karena wilayah Timika dulunya merupakan daerah bekas rawa-rawa.

Gesang menegaskan, sesuai hasil penelitian disimpulkan bahwa material tailing Freeport tidak mengandung zat-zat berbahaya bagi kesehatan manusia, hewan maupun tumbuhan sebagaimana yang diisukan selama ini.

"Tailing bukan termasuk bahan berbahaya dan beracun (B3). Jadi, tidak ada zat berbahaya dalam tailing. Itu sudah melalui penelitian," jelasnya.

Menurut dia, kematian berbagai jenis pohon dan tumbuhan di areal pengendapan tailiing Freeport bukan karena tailing mengandung zat berbahaya. Namun karena tumbuhan yang sebelumnya hidup di lahan kering tertutup material pasir dan air sehingga tidak mampu lagi menyerap oksigen dari dalam tanah.

"Kalau tumbuhan yang biasanya tumbuh di tanah berair seperti tanaman bakau tidak mati karena memiliki akar tunggal dan akar atas," ujar magister lingkungan jebolah Institut Teknologi Bandung (ITB) itu.

Ia juga menjelaskan biota ikan, udang dan kepiting yang hidup di areal pengendapan tailing Freeport aman untuk dikonsumsi karena memenuhi baku mutu lingkungan.

Adapun temuan bintik hitam pada sejumlah biota seperti kerang dan tambelo (sejenis cacing yang hidup dalam batang kayu bakau yang sudah mati dan menjadi makanan pokok warga suku Kamoro di Mimika), sesuai hasil penelitian karena mengandung kadar tembaga yang tinggi.

Gesang meminta masyarakat Timika mewaspadai efek penggunaan merkuri untuk pemurnian emas oleh para pendulang tradisional di sepanjang aliran pengendapan tailing maupun pada sejumlah toko emas di Timika.

Dari pengujian radiasi merkuri yang dilakukan oleh PT Freeport, diketahui tingkat radiasi merkuri pada sejumlah tempat di Kota Timika sudah cukup mengkhawatirkan.

PT Freeport Indonesia menyiapkan 23 ribu hektare lahan di dataran rendah Mimika untuk menampung tailing yang diperkirakan hingga tahun 2040 mencapai tiga milyar ton.

Upaya menghijaukan kembali lahan pengendapan tailing terus dilakukan oleh PT Freeport dengan berbagai jenis tanaman.  (antara)