Rabu, 15 Desember 2010

Cita Citarum, Menuju Pengelolaan Citarum Yang Lebih Baik


Citarum (Ci Tarum) adalah sungai terpanjang dan terbesar di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Sungai dengan nilai sejarah, ekonomi, dan sosial yang penting ini sejak 2007 menjadi salah satu dari sungai dengan tingkat ketercemaran tertinggi di dunia. Jutaan orang tergantung langsung hidupnya dari sungai ini, sekitar 500 pabrik berdiri di sekitar alirannya, tiga waduk PLTA dibangun di alirannya, dan penggundulan hutan berlangsung pesat di wilayah hulu.

Panjang aliran sungai ini sekitar 300 km. Secara tradisional, hulu Citarum dianggap berawal dari lereng Gunung Wayang, di tenggara Kota Bandung, di wilayah Desa Cibeureum, Kertasari, Bandung. Ada tujuh mata air yang menyatu di suatu danau buatan bernama Situ Cisanti di wilayah Kabupaten Bandung.

Namun demikian, berbagai anak sungai dari kabupaten bertetangga juga menyatukan alirannya ke Citarum, seperti Ci Kapundung dan Ci Beet. Aliran kemudian mengarah ke arah barat, melewati Majalaya dan Dayeuhkolot, lalu berbelok ke arah barat laut dan utara, menjadi perbatasan Kabupaten Cianjur dengan Kabupaten Bandung Barat, melewati Kabupaten Purwakarta, dan terakhir Kabupaten Karawang (batas dengan Kabupaten Bekasi). Sungai ini bermuara di Ujung Karawang.

Berikut ini adalah sebagian dari anak sungai yang mengalir ke Ci Tarum, adalah Cibeet, Cikao, Cisomang, Cikundul, Cibalagung, Cisokan, Cimeta, Ciminyak, Cilanang, Cijere, Cihaur, Cimahi, Cibeureum, Ciwidey, Cisangkuy, Cikapundung, Cidurian, Cipamokolan, Citarik, Cikeruh, dan Cirasea.

Dalam perjalanan sejarah Sunda, Citarum erat kaitannya dengan Kerajaan Taruma, kerajaan yang menurut catatan-catatan Tionghoa dan sejumlah prasasti pernah ada pada abad ke-4 sampai abad ke-7. Komplek bangunan kuna dari abad ke-4, seperti di Situs Batujaya dan Situs Cibuaya menunjukkan pernah adanya aktivitas permukiman di bagian hilir. Sisa-sisa kebudayaan pra-Hindu dari abad ke-1 Masehi juga ditemukan di bagian hilir sungai ini.

Sejak runtuhnya Taruma, Citarum menjadi batas alami Kerajaan Sunda dan Galuh, dua kerajaan kembar pecahan dari Taruma. Citarum juga disebut dalam Naskah Bujangga Manik, suatu kisah perjalanan yang kaya dengan nama-nama geografi di Pulau Jawa dari abad ke-15.

Pemanfaatan

Sejak lama Citarum dapat dilayari oleh perahu kecil. Penduduk di sekitarnya memanfaatkan sumber daya perikanan dan menggunakannya untuk keperluan hidup sehari-hari. Belum pernah ada laporan terbuka mengenai jenis-jenis biota yang menghuni sungai ini.

Karena banyaknya debit air yang dialirkan oleh sungai ini, maka dibangun tiga waduk (danau buatan) sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) dan juga untuk irigasi persawahan di sungai ini, yaitu PLTA Saguling di bagian paling hulu, PLTA Cirata, dan PLTA Ir H Djuanda atau lebih dikenal sebagai PLTA Jatiluhur.

Air dari Citarum dimanfaatkan sebagai pasokan air minum untuk sebagian penduduk Jakarta. Irigasi di wilayah Subang, Karawang, dan Bekasi juga dipasok dari aliran sungai ini. Pengaturannya dilakukan sejak Waduk Jatiluhur.

Pencemaran

Keadaan lingkungan sekitar Citarum telah banyak berubah sejak paruh kedua dasawarsa 1980-an. Industrialisasi yang pesat di kawasan sekitar sungai ini sejak akhir 1980-an telah menyebabkan menumpuknya sampah buangan pabrik-pabrik di sungai ini.

Setiap musim hujan di sepanjang Citarum di wilayah Bandung Selatan selalu dilanda banjir. Setelah Banjir besar yang melanda daerah tersebut pada tahun 1986, pemerintah membuat proyek normalisasi sungai Citarum dengan mengeruk dan melebarkan sungai bahkan meluruskan alur sungai yang berkelok. Tetapi hasil proyek itu sia sia karena sejak itu tidak ada sosialisasi terhadap masyarakat sekitar sehingga sungai tetap menjadi tempat pembuangan sampah bahkan limbah pabrik pun mengalir ke sungai Citarum.

Sehingga sekarang keadaan sungai menjadi sempit dan dangkal, sampah dimana mana, warna airpun hitam pekat. akhirnya sampai kini setiap tahun di musim hujan wilayah Bandung Selatan selalu dilanda banjir, bahkan setiap tahun ketinggian banjir selalu bertambah. Apabila anda berkunjung ke Bandung selatan akan terlihat jelas keadaan Sungai Citarum saat ini.

Pembangunan ekonomi dan pertumbuhan penduduk juga diyakini telah mengancam kelestarian Citarum. Penebangan hutan di hulu sungai telah menghancurkan ekosistem, mengakibatkan erosi tanah, pendangkalan sungai dan banjir. Masyarakat kota, warga desa dan kalangan industry dengan segala aktifitasnya, telah memperlakukan sungai Citarum sebagai tempat sampah dan pembuangan limbah. Sangat menyedihkan bahwa Citarum saat ini dikenal sebagai salah satu sungai terkotor di dunia.

Tiada upaya selain berubah, saling bekerja sama untuk melestarikan dan merawat sumber alam yang berharga ini. Untuk Citarum yang lebih baik, sebagai Cita Citarum.

TKPSDA WS 6 Ci

Pada pertemuan konsultasi masyarakat satu (PKM 1) di Hotel Savoy Homan Bandung, beberapa waktu lalu, para steakholder, pengusaha, industri dan masyarakat sepakat untuk membenahi dan melestarikan serta mengembalikan fungsi Sungai Citarum ke bentuk aslinya. Pertemuan itu juga terus mengagendakan persiapan koordinasi pengelolaan sungai yang bersinergi dengan pemerintah pusat, balai, pemerintah daerah, masyarakat, dan pengusaha.

Saat ini wadah untuk berkumpul mengatasi hal tersebut sedang dibentuk yaitu Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air (TKPSDA). Sungai Citarum sendiri masuk pada TKPSDA 6 Ci (Cidanau-Ciujung-Cidurian-Cisadane-Ciliwung-Citarum). Kegiatan ini difasilitasi oleh Ditjen SDA, Kementerian PU.

Menurut data BPS Jawa Barat, data penduduk miskin yang menghuni bantaran sungai Citarum hulu mencapai 832.348 jiwa. Hampir didominasi oleh masyarakat yang bekerja pada sektor pertanian, yaitu sekitar 80.508 KK.

Menurut Ir Rudi Mahmud Z MSp MSi Kepala Bidang Fisik Bappeda Provinsi Jawa Barat, solusi penanganan banjir DAS Citarum dilakukan melalui pendekatan struktural dan non struktural serta sosio-kultural simultan antara hulu-hilir dengan sinergi multi sektor bersama masyarakat secara terintegrasi dalam wadah koordinasi strategis pengelolaan DAS Citarum.

Pembicara dalam PKM 1 Kegiatan TKPSDA WS 6 Ci antara lain, Dr Ir Djaya Murni Dipl HE MSc Direktur Bina Penatagunaan SDA, Dirjen SDA, Kementerian PU, Ir Mudjiadi MSc Kepala Balai Besar Sungai Citarum, Ir Arung Samudro Plt Kasubdit Kelembagaan, Dit BPSDA, Ir Imam Santoso MSc Kasubdit Perencanaan WS, Ir Asep Teguh Sukmono Konsultan 6 Ci.

Hadir juga masyarakat peduli Citarum mulai dari Hulu, Tengah hingga Hilir, masyarakat pemakai Air, LSM calon anggota TKPSDA WS 6 Ci, dan perwakilan pemerintah daerah yang masuk area Wilayah Sungai Citarum. Acara dibuka oleh Ir H Alex Laksamana Zaenal Lan Dipl HE Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Barat. (bang imam)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silahkan memberikan komentar yang tidak menghasut, memfitnah, dan menyinggung sara dan komentar menjadi tanggung jawab pemberi komentar. jika komentar lebih panjang dan memerlukan jawaban bisa ke email: bangimam.kinali@gmail.com, WA 0813-14-325-400, twitter: @BangImam, fb: Bang Imam Kinali Bekasi, ig: bangimam_berbagi