LAMAN

Minggu, 31 Agustus 2014

PHBS, Kunci Utama Pengelolaan Alam dan Akses Air Bersih Bagi Warga Subang

Kader PHBS Kampung Nyalindung, Subang (Foto: Reza/detikHealth)
Subang (BIB) - Masalah akses air bersih bagi masyakat Subang sudah dapat diatasi dengan pembuatan bak tampung serta pompa yang menggunakan prinsip gravitasi untuk menyalurkan air ke rumah-rumah warga. Pengelolaan fasilitas pun sudah direncanakan dengan pembentukan Badan Pengelola Sumber Air Bersih (BPSAB) oleh masyarakat.

Hanya saja, langkah-langkah tersebut akan percuma dilakukan jika perilaku masyarakat masih jauh dari perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Menyadari hal itu, warga Kampung Nyalindung di Kabupaten Subang pun membentuk kader-kader PHBS yang bertugas mensosialisasikan PHBS kepada masyarakat sekitar.

Yuyun (46), Koordinator Kader PHBS di Kampung Nyalindung, Desa Dermaga, Subang, mengatakan bahwa pembentukan kader PHBS dilakukan sebagai tindak lanjut dari program Water Access, Sanitation, and Hygiene (WASH) yang dilakukan oleh PT Tirta Investama selaku produsen merek air mineral AQUA. Tugas mereka adalah membentuka masyarakat yang peduli kesehatan dengan cara memperhatikan lingkungan.

"Sebelumnya kan warga sumber air utamanya di sungai. Sekarang karena sudah dibuatkan bak tampung air dan kamar mandi di setiap rumah, kami memberikan penyuluhan untuk tidak lagi menggunakan air sungai untuk keperluan rumah tangga seperti buang air, mandi, mencuci, minum sama air untuk masak," tutur Yuyun pada detikHealth di Kampung Nyalindung, Desa Dermaga, Kecamatan Cisalah, Subang, Jawa Barat dan ditulis Minggu (24/8/2014).

Tak terbatas hanya pada penyuluhan untuk penggunaan air bersih, kader PHBS juga bertanggung jawab bagi kesehatan warga di kampung tersebut. Bekerja sama dengan Puskesmas Kecamatan Cisalak, para kader melakukan pemeriksaan fisik bagi warga, terutama lansia, agar kondisi kesehatan mereka dapat terpantau dengan baik.

Yuyun juga mengatakan bahwa peran kader juga sebagai kepanjangan tangan dari Puskesmas Kecamatan Cisalak. Mereka mendapat suplai obat-obatan untuk penyakit seperti pusing, diare serta flu dan demam.

"Kalau ada warga sakit biasanya kami kasih obat, yang sakitnya ringan seperti pusing, sakit perut atau pilek. Tapi kalau sakitnya berat atau serius kami menghubungi pihak Puskesmas untuk jemput atau kami antar kesana untuk berobat," tuturnya.

Pembentukan kader ini sejalan dengan prinsip Corporate Social Responsibility (CSR) yang dilakukan AQUA. Zaenal Abidin, penanggung jawab CSR AQUA untuk daerah SUbang mengatakan bahwa memang program WASH yang dijalankannya tidak terbatas hanya pada pembangunan fasilitas akses air bersih, tapi juga kepada sanitasi lingkungan masyarakat sekitar.

"Bak tampung, pompa, bak pembagi itu kan hanya fasilitas, sarana, bangunan. Akan percuma jika dibangun namun perilaku masyarakat tidak diubah. Karena itu program WASH tidak hanya mencakup air bersoh, namun juga sanitasi agar masyarakat bisa menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat," ungkapnya.

Tradisi Ruwat Bumi

Pengelolaan akses air bersih tidak terbatas hanya pada pemeliharaan pipa atau bak tampung air, faktor penting lainnya dalam pengelolaan air bersih adalah kelestarian alam yang termasuk di dalamnya adalah kelestarian, kebersihan dan kesehatan lingkungan pemukiman penduduk.

Bahkan, bagi warga Dusun Banceuy di Kabupaten Subang, menjaga kelestarian alam sudah menjadi bagian dari budaya adat masyarakat. Mang Ade (54), Ketua Kelompok Tani Adat Boehoen di Dusun Banceuy, hingga saat ini masyarakat Banceuy masih melakukan tradisi ruwat bumi setiap tahunnya.

"Kami dari kelompok tani adat masih menjunjung tinggi nilai keserasian manusia dengan bumi. Karena itu tradisi ruwat bumi masih kami lakukan. Membersihkan hutan, kebun dan rumah-rumah sesuai tradisi budaya yang sudah turun temurun dilakukan masyarakat Banceuy," tuturnya.

Tradisi ruwat bumi atau ruwatan dilakukan setiap satu tahun sekali. Tradisi ini dilakukan untuk memperingati hari jadi kampung Banceuy yang dilaksanakan sesuai kalender bulan atau hijriah, yakni pada bulan Zulhijah. Tradisi ini menampilkan pertunjukan wayang serta diiringi alat musik tradisional sunda, sebagai ucapan syukur dan terima kasih karena alam telah memberikan manfaatnya bagi manusia.

Mang Ade melanjutkan bahwa berdasarkan budaya adat Banceuy, bencana yang menimpa manusia merupakan karma dari perusakan alam yang dilakukan manusia. Salah satunya adalah budaya pamali yang kini mulai ditinggalkan masyarakat, terutama anak muda.

Sedihnya, perusakan tersebut dilakukan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Pembalakan liar, penebangan hutan tanpa menanam kembali, serta kebiasaan membuang sampah sembarangan dinilai Mang Ade menjadi faktor utama kemarahan alam kepada manusia.


"Manusia menjaga alam, alam menjaga warga. Kalau hutan dan alam sekitar tidak kita kelola dengan baik, gundul, tanpa ada penghijauan, bukan tidak mungkin kekeringan nanti menimpa kita, anak kita bahkan cucu kita," tutur Mang Ade dengan raut sedih.

Sumber : Detik Health

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silahkan memberikan komentar yang tidak menghasut, memfitnah, dan menyinggung sara dan komentar menjadi tanggung jawab pemberi komentar. jika komentar lebih panjang dan memerlukan jawaban bisa ke email: bangimam.kinali@gmail.com, WA 0813-14-325-400, twitter: @BangImam, fb: Bang Imam Kinali Bekasi, ig: bangimam_berbagi