LAMAN

Rabu, 26 Maret 2014

Kota Layak Huni di Indonesia 2014

Bandung & Jakarta Terburuk


Jakarta (BIB) - Surabaya, Solo, Pekalongan, dan Palembang merupakan kandidat kuat kota-kota paling nyaman dan layak huni di Indonesia. 
Sebelumnya, Solo dan Pekalongan bukanlah kota dengan tingkat persepsi kenyamanan tinggi dalam survei Most Livable City Index 2009 dan 2011.

Sementara itu, Surabaya dan Palembang merupakan kota yang dipersepsikan warganya dengan tingkat kenyamanan rata-rata. 

Menurut Ketua Ikatan Ahli Perencanaan Indonesia (IAP) Bernardus Djonoputro, Solo dan Pekalongan pantas menjadi kandidat kota paling nyaman dan layak huni di Indonesia karena keduanya menunjukkan kemajuan dalam hal perbaikan infrastruktur, utilitas, ruang publik, aksesibilitas, transportasi, dan kriteria lainnya. 


"Kriteria yang kami gunakan dalam penentuan daftar indeks kota ternyaman (Most Livable City Index) berdasarkan tujuh variabel utama, yakni fisik kota, kualitas lingkungan, transportasi, aksesibilitas, fasilitas, utilitas, ekonomi, dan sosial. Berpedoman pada tujuh variabel itulah, kami menetapkan 25 kriteria penentuan sebuah kota yang laik mendapat predikat livable city," papar Bernardus kepada Kompas.com, pekan lalu.

Menurut dia, ke-25 kriteria tersebut antara lain kualitas penataan kota, jumlah ruang terbuka, perlindungan bangunan bersejarah, kualitas kebersihan lingkungan, tingkat pencemaran lingkungan, ketersediaan angkutan umum, kualitas kondisi jalan, dan kualitas fasilitas pejalan kaki.

Kriteria lainnya adalah ketersediaan fasilitas kesehatan, kualitas fasilitas kesehatan, ketersediaan fasilitas pendidikan, kualitas fasilitas pendidikan, ketersediaan fasilitas rekreasi, kualitas fasilitas rekreasi, ketersediaan energi listrik, ketersediaan air bersih, dan kualitas air bersih. 

Kriteria berikutnya adalah kualitas jaringan telekomunikasi, ketersediaan lapangan pekerjaan, tingkat aksesibilitas tempat kerja, tingkat kriminalitas, interaksi hubungan antarpenduduk, informasi pelayanan publik, dan ketersediaan fasilitas kaum difabel.

"Dari kondisi aktual, Surabaya, Solo, Pekalongan, dan Palembang pantas masuk dalam jajaran teratas kota ternyaman dan layak huni di Indonesia. Menyusul, Yogyakarta, Denpasar, Manado, dan Semarang," ujar Bernardus.

Survei Most Livable City Index terbaru, kata Bernardus, tengah disusun dan akan dipublikasikan setelah Pemilu Presiden 2014. 

Dari hasil survei Most Livable City Index 2009 dan 2011, Yogyakarta tampil sebagai jawara kota ternyaman, disusul Denpasar, Makassar, Manado, dan Surabaya. Selama dua kali secara berurutan, indeks dengan persepsi tingkat kenyamanan untuk kota Yogyakarta mencapai 65,34 dan 66,52. Adapun tingkat persepsi kenyamanan warga paling rendah didapati untuk Medan dan Pontianak. Masing-masing 43,65 dan 52,28 pada 2009, serta 46,92 dan 46,67 pada 2011.


Bandung & Jakarta Kota Terburuk



Bandung dan Jakarta merupakan dua kota paling tidak nyaman dan tidak layak huni bagi warganya. Kondisi dua kota besar ini sangat buruk, terutama dalam penataan kota, minimnya ruang terbuka hijau (RTH), tingginya tingkat pencemaran lingkungan, transportasi publik, serta rendahnya kualitas kebersihan kota.


Ketua Umum Ikatan Ahli Perencanaan Indonesia (IAP) Bernardus Djonoputro mengatakan, Bandung dan Jakarta sangat tidak reliable


Dua kota ini menunjukkan tingkat persepsi publik paling rendah. Warganya merasa tidak nyaman tinggal di kota masing-masing.

"Bandung dan Jakarta sama-sama memiliki masalah akut, yakni buruknya penataan kota, minim ruang terbuka hijau (RTH), tingginya tingkat pencemaran lingkungan, transportasi publik buruk dan tidak memadai, serta kotor karena banyak sampah," ujar Bernardus, kepadaKompas.com, pekan lalu. 

Dalam survei Most Livable City Index terbaru yang tengah disusun IAP, lanjut Bernardus, Bandung dan Jakarta belum menunjukkan perubahan radikal sejak hasil sigi pertama dan kedua dipublikasikan pada 2009 dan 2011. 

"Survei Most Livable City Index mendasarkan pada tujuh variabel utama, yakni fisik kota, kualitas lingkungan, transportasi, aksesibilitas, fasilitas, utilitas, ekonomi, dan sosial. 

Berpedoman pada tujuh variabel itulah, kami menetapkan 25 kriteria penentuan sebuah kota laik mendapat predikat livable city atau tidak," ujar Bernardus.

Menurutnya, ke-25 kriteria tersebut adalah kualitas penataan kota, jumlah ruang terbuka, perlindungan bangunan bersejarah, kualitas kebersihan lingkungan, tingkat pencemaran lingkungan, ketersediaan angkutan umum, kualitas kondisi jalan, dan kualitas fasilitas pejalan kaki.

Kemudian, ketersediaan fasilitas kesehatan, kualitas fasilitas kesehatan, ketersediaan fasilitas pendidikan, kualitas fasilitas pendidikan, ketersediaan fasilitas rekreasi, kualitas fasilitas rekreasi, ketersediaan energi listrik, ketersediaan air bersih, dan kualitas air bersih. 

Berikutnya, kualitas jaringan telekomunikasi, ketersediaan lapangan pekerjaan, tingkat aksesibilitas tempat kerja, tingkat kriminalitas, interaksi hubungan antarpenduduk, informasi pelayanan publik, dan ketersediaan fasilitas kaum difabel.

Un
tuk kriteria penataan kota, Bandung dinilai oleh warganya sebagai paling buruk karena hanya mendapat poin 3. 


Demikian halnya dengan kebersihan kota, 90 persen warga Bandung menilai kotanya sangat kotor.Sementara itu, untuk kualitas transportasi publik, sebanyak 77 persen warga Bandung berpendapat buruk dan tidak layak.

Adapun Jakarta dinilai oleh warganya tidak memiliki RTH memadai, ketersediaan lapangan kerja terbatas, kualitas transportasi publik buruk, dan penataan kota amburadul. Selain itu, Jakarta juga dianggap sebagai sarang tindak kriminalitas. 

Bernardus mengatakan, para pemimpin kedua kota ini hendaknya memegang komitmen pembangunan dengan mengacu pada rencana tata ruang wilayah (RTRW) yang dijabarkan secara teperinci dalam rencana detail tata ruang (RDTR). 


"Jangan menyeleweng dari RTRW dan RDTR. Selain itu, benahi transportasi publik dengan memperbaiki sistem. Transportasi publik tidak harus monorel, skytrain atau transportasi canggih padat modal lainnya, tetapi ketersediaan, kualitas, dan kepastian jadwal transportasi publik yang diinginkan warganya. Libatkan mereka dalam setiap pengambilan kebijakan dalam segala aspek," ujar Bernardus.


Sumber : Kompas

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silahkan memberikan komentar yang tidak menghasut, memfitnah, dan menyinggung sara dan komentar menjadi tanggung jawab pemberi komentar. jika komentar lebih panjang dan memerlukan jawaban bisa ke email: bangimam.kinali@gmail.com, WA 0813-14-325-400, twitter: @BangImam, fb: Bang Imam Kinali Bekasi, ig: bangimam_berbagi