LAMAN

Rabu, 27 November 2013

Fakta Permasalahan Banjir di Kota Bekasi

Adakah saran anda agar Kota Bekasi Bebas Banjir ???

warga korban banjir mengungsi di Lotte Mart, Bekasi
Kota Bekasi hingga saat ini belumlah terbebas dari banjir. Hal ini mengakibatkan masih terdapat 47 titik banjir (versi Pemkot Bekasi) atau 67 titik banjir (versi LSM Sapulidi) di Kota Bekasi.

Banjir sebetulnya bukan hal baru bagi masyarakat Bekasi. Kejadian bencana terbesar terjadi pada 2002, 2007, 2010 dan 2013. Catatan buruk soal bencana banjir menjadi momok bagi siapapun yang menjadi Walikota-Wakil Walikota di Bekasi. Sehingga jika bicara banjir, seolah dianggap menjadi hal yang biasa pada musim penghujan. 

Wal hasil metode penanganannya pun tentu tidak terlalu signifikan. Kalau boleh dibilang hingga saat ini Kota Bekasi belum memiliki Strategi Perencanaan Kontinjensi Penanganan dan Penanggulangan Banjir. 

Secara garis besar, Kota Bekasi berada pada ketinggian antara 11-81 meter diatas permukaan laut. Selain perkembangan penduduk, pembangunan perumahan, mall, ruko yang sangat pesat, Kota Bekasi juga disulitkan dengan mengalirnya Kali Bekasi akibat pertemuan antara Kali Cikeas dan Kali Cileungsi yang sering meluap hingga menyebabkan banjir terutama disekitar bantaran Kali Bekasi dari PGP (Pondok Gede Permai, Jatiasih) hingga di Bekasi Timur dan Bekasi Utara.

Disamping itu adanya perlintasan Kali Malang, jalan tol dan rel kereta api yang menyebabkan sulitnya aliran sungai yang melewati ke-3 bangunan tersebut.
Berbicara persoalan penanganan kali/sungai beberapa permasalahan yang terus muncul di Kota Bekasi diantaranya :

a. Adanya kali yang langsung menjadi batas administratif antara Kota Bekasi dengan Kabupaten Bekasi atau kali tersebut mengalir melintasi Kota Bekasi dan Kabupaten Bekasi sehingga penangannya butuh koordinasi dengan kedua belah pihak.

Perumahan Pondok Gede Permai (PGP) di Jatiasih
Kali yang melewati atau menjadi perbatasan anta Kota Bekasi dan Kabupaten Bekasi seperti Kali Kapuk, Kali Blencong, Kali Bojong Karatan, Kali Sasak Jarang-Kali Buju, Kali Siluman-Kali Jambe, dan Saluran Narogong-Jatimulya. 

Ke-6 kali tersebut sering menyebabkan bencana banjir bagi pemukiman penduduk. Persoalan klasik disebabkan adanya penyempitan dan banyaknya bangunan liar di sekitar bantaran kali, seperti Kali Kapuk diwilayah Kota Bekasi penampang basah kali mencapai 10 meter, tetapi masuk wilayah Kabupaten Bekasi menyempit menjadi 4 meter.

Begitu juga yang terjadi di Kali Blencong, Kali Bojong Karatan, Kali Sasak Jarang, Kali Siluman dan Saluran Narogong-Jatimulya. Penangananya adalah dengan menormalisasi kali, penertiban bangunan liar dan penambahan/pelebaran box culvert di bawah tol Jakarta-Cikampek. 

b. Kali juga menjadi batas administrasi atau mengalir dari Kota Bekasi ke DKI Jakarta, misalnya Kali Buaran, Kali Jati Kramat, Kali Bojong Rangkong.

Permasalahan utama yang terjadi pada Kali Buaran misalnya saat musim penghujan kali tidak lagi mampu menampung aliran sungai akibat box culvert pada saluran yang melewati bawah tol Jakarta-Cikampek menyempit, termasuk juga perlu adanya syphon di Kali Malang.

Begitu juga hal yang sama di Kali Jati Kramat dan Kali Bojong Rangkong perlu adanya syphon, normalisasi dan pelebaran serta penyodetan/pengerukan terutama di wilayah perbatasan.

c. Adanya kali yang masih menjadi kewenangan pusat (BBWS Ciliwung Cisadane, Jasa Tirta II dan BBWS Citarum) yaitu Kali Bekasi, Kali Sunter dan Saluran/Kali Malang.

Untuk Kali Bekasi di beberapa daerah pemukiman seperti Pondok Gede Permai (PGP), Kemang IFI, Pondok Mitra Lestari, Kemang Pratama dan Perumahan Pekayon sering terjadi tanggul jebol karena tidak kuat menahan arus sungai. 

banjir di Mega Bekasi Hypermall (Giant) 2013
Untuk mengatasinya bisa dengan melakukan penguatan tanggul dengan beton bor pile/site pile dan juga normalisasi kali. 

Saat ini kondisi infrastruktur ketataairan di Kota Bekasi dibagi dalam 2 sistem saluran, yakni saluran drainase dan saluran pembawa air. Saluran drainase utama di Kota Bekasi saat ini mencapai 62 km. Sedangkan saluran drainase sekunder memiliki panjang sekitar 122 km.

Kemudian saluran pembawa air juga cukup panjang di Kota Bekasi, seperti saluran induk Kalimalang dengan panjang 9,80 km dan saluran sekunder 33,60 km.

Berikut kondisi fisik dan debit 12 Kali di Kota Bekasi :

KONDISI FISIK & DEBIT AIR KALI DI KOTA BEKASI


NO
NAMA SUNGAI
PANJANG (M)
DEBIT AIR (M3/DETIK
KEMARAU
HUJAN
1
Kali Cikeas
17.479
5,90
250,00
2
Kali Cileungsi
19.800
8.50
350,00
3
Kali Bekasi Hulu
11.425
14,40
375,00
4
Kali Bekasi Hilir
17.675
12,00
450,00
5
Kali Sunter
22,682
3,60
14,63
6
Kali Cakung
29.129
3,00
16,25
7
Kali Jambe
14.076
1,20
18,75
8
Kali Blencong
4.200
1,50
12,00
9
Kali Sasak Jarang
1.003
0,80
9,25
10
Kali Malang
8.900
16,00
19,00
11
Kali Irigasi Sekunder



Saluran Rawalumbu
4.500
3,50
11,00
Saluran Bekasi Pangkal
2.700
4,50
10,20
Saluran Bekasi Utara
5.900
2,50
8,50
Saluran Pulo Timaha
1.400
0,50
4,00
Saluran Tanah Tinggi
6.100
1,00
7,00
Saluran Bekasi Tengah
3.100
1,50
11,00
Saluran Pondok Ungu
4.900
1,00
9,50
Bogor Panggarutan
3.200
1,00
3,00
12
Kali Krupuk–Kali Batu
24.00
2,80
19,00

Sumber : Dinas PU Kota Bekasi, 2010

Permasalahan banjir di Kota Bekasi terjadi diakibatkan karena beberapa hal, diantaranya :

- topografi daratan di Kota Bekasi yang relatif datar dengan kemiringan antara 0-2 persen;

- terdapat titik-titik banjir yang tersebar karena perumahan tersebut dibangun disempadan sungai atau bekas rawa. Menurut data Pemerintah Kota Bekasi masih ada 47 titik banjir, sementara data LSM Sapulidi mencapai 67 titik banjir.

- kurangnya bangunan pengendali banjir, seperti pintu air.

- kurangnya jaringan bangunan silang (crossing/syphon) dan penampang basah yang umumnya terhambat oleh jalan tol Jakarta-Cikampek, rel kereta api dan saluran Kalimalang.

- kurangnya tampungan air, terutama bagi perumahan yang tidak membuat tampungan/resapan air.

- sistem drainase yang berbatasan dengan wilayah DKI Jakarta dan Kabupaten Bekasi terjadi terutama masalah penyempitan/bottle neck, serta

- perubahan fungsi tata guna lahan yang dulunya berupa rawa, situ saat ini telah diuruk dan dibangun menjadi perumahan, ruko, mall dan sebagainya.

Untuk mengantisipasi banjir di Kota Bekasi perlu dilakukan beberapa hal, diantaranya :

1. meningkatkan kapasitas saluran primer melalui normalisasi dan peninggian tanggul di Kali Bekasi.

2. meningkatkan kapasitas bangunan persilangan baik itu berupa gorong-gorong, syphon maupun talang.

3. melakukan pemasangan pintu air dan pemasangan pompa diwilayah rawan banjir.

4. membuat folder atau retention pond.


tanggul di PGP Kali Bekasi jebol, 2013
5. melebarkan saluran di batas DKI Jakarta dengan Kota Bekasi dengan cara membuang langsung air ke Banjir Kanal Timur (BKT).

6. Memanfaatkan situ-situ yang ada untuk menampung air saat musim penghujan. Saat ini di Kota Bekasi terdapat 4 situ besar, yaitu Situ Lumbu dengan luas 23.440 m2 terletak di Kelurahan Bojongrawalumbu, Kecamatan Rawalumbu.

Situ Gede luasnya 73.554 m2 terletak di Kelurahan Bojongrawalumbu, Kecamatan Rawalumbu. Situ Pulo luas 48.654 m2 terletak di Kelurahan Jatikarya, Kecamatan Jatisampurna dan Situ Harapan Baru di Perumahan Harapan Baru, Kelurahan Kota Baru, Kecamatan Bekasi Barat dengan luas 10.000 m2. 

Namun, menurut pengamatan dan observasi LSM Sapulidi kondisi Situ Lumbu sudah berubah fungsi menjadi kebon, tegalan dan sebagiannya malah telah dibangun gudang. Situ Gede selain berubah menjadi tempat pembuangan sampah (TPS) liar, juga airnya sangat kotor dan tidak terawat.

Yang jadi penting adalah komitmen Pemerintah Kota Bekasi untuk membuat warga Bekasi bebas dari banjir, termasuk berkoordinasi dengan Kabupaten Bogor untuk mengkonservasi kembali hutan yang gundul disekitar bantaran Kali Cileungsi dan Kali Cikeas.

Oleh : Bang Imam, anggota TKPSDA WS Ciliwung Cisadane, tinggal di Bekasi.

1 komentar:

  1. Dalam upaya menanggulangi permalahan banjir di Kota Bekasi tidak harus seluruhnya dilimpahkan atau menjadi tanggung jawab Pemerintah KOta Bekasi, tapi harus ada pelibatan langsung masyarakat Kota Bekasi, bagaimana menyadarkan masyarakat agar tidak membuang sampah ke DAS, bagaimana menanamkan kesadaran masyarakat untuk pelestarian sungai dan pentingnya sosialisasi RDTR kepada masyarakat.

    BalasHapus

silahkan memberikan komentar yang tidak menghasut, memfitnah, dan menyinggung sara dan komentar menjadi tanggung jawab pemberi komentar. jika komentar lebih panjang dan memerlukan jawaban bisa ke email: bangimam.kinali@gmail.com, WA 0813-14-325-400, twitter: @BangImam, fb: Bang Imam Kinali Bekasi, ig: bangimam_berbagi