LAMAN

Minggu, 09 September 2012

Duh, Indeks Sanitasi Kota Bekasi Cuma 0,4

Bekasi (BIB) - Anggota Pokja Sanitasi Kota Bekasi, Tengku Imam Kobul Moh. Yahya S, ST. sangat prihatin dengan pencapaian dalam program sanitasi di Kota Bekasi.

Sebab, dalam Indeks Pencapaian Sanitasi yang dikeluarkan baru-baru ini oleh National City Sanitation Rating (NCSR) Kota Bekasi berada pada urutan ke-38 dengan nilai 0,4. 

Nilai ini sangatlah buruk jauh dari nilai yang dinginkan. 

Padahal, Kota Bekasi telah menyelesaikan program dan membuat Buku Putih Sanitasi Kota tahun 2010, Strategi Sanitasi Kota (SSK) tahun 2011 dan sudah menandatangani Memorandum Program Sektor Sanitasi (MPSS) tahun 2011.


"Tapi Kota Bekasi masih dipertanyakan komitmennya soal peningkatan program sanitasi. Tampaknya kita lemah di implementasi dan pendanaan, sehingga hampir dipastikan aksi nyata untuk program sanitasi tahun ini masih nol," kata Bang Imam panggilan akrabnya, prihatin.

Ia berharap, Pemerintah Kota Bekasi harus serius menindaklanjuti dan komitmen melaksanakan program yang sudah dibuat dalam Buku Putih Sanitasi Kota Bekasi.  

"Harapannya harus ada peningkatan. Masak cuma 0,4 sementara untuk mencapai nilai aman minimal 6,0. Pemkot harus menggenjot program ini karena menyangkut kebutuhan dasar masyarakat," kata Bang Imam lagi. 

Dari data NCSR pada ppsp.nawasis.info, skor indeks sanitasi Kota Bekasi adalah 0,4. Hal ini didasarkan pada parameter nilai akses nol, nilai infrastruktur nol, nilai proses nol, dan nilai investasi juga masih berada pada angka 0,4. 

5 Tertinggi Tapi Masih Zona Merah
National City Sanitation Rating (NCSR) sudah dimulai. Berdasarkan data awal yang ada di ppsp.nawasis.info, ada lima kota yang memiliki indeks sanitasi tertinggi. 

Kota itu adalah Kota Pekalongan, Kota Surabaya, Kota Tegal, Kota Denpasar, dan Kota Balikpapan.

Kota Pekalongan memperoleh nilai tertinggi yakni 4. Sementara kota lainnya secara berturut-turut adalah 3,69; 3,58; 3,43;  dan 3,18. 

Pekalongan memperoleh nilai pembobotan tertinggi dari nilai infrastruktur. Sementara nilai proses tertinggi dicapai oleh Kota Surabaya.

Meski indeks sanitasi sementara telah keluar, namun semua kota yang telah dinilai berada pada zona merah. 

Artinya secara keseluruhan mendapatkan nilai D karena indeksnya di bawah 6,0. Padahal untuk mendapat nilai A maka indeksnya harus lebih dari 7,9.

Proses penilaian ini akan terus berlangsung hingga akhir September nanti. Ketua Tim Pelaksana NCSR Ikmal Jaya menjelaskan, nantinya peringkat tertinggi akan mendapatkan penghargaan. 

Penghargaan ini diberikan atas usaha-usaha prioritas pembangunans sanitasi, peningkatan kualitas kesehatan dan lingkungan kota, upaya pelibatan lembaga publik dan swasta dalam pengelolaan sanitasi, sumbangsih capaian pembangunan sanitasi kab/kota terhadap indicator sanitasi nasional.

Menurut Walikota Tegal ini, pemberian penghargaan itu bertujuan menggerakkan kabupaten/kota dalam semangat persaingan secara positif untuk mempromosikan pembangunan sanitasi dengan cepat dan mencapai tujuan yang terukur. 

Selain itu, penghargaan itu menjadi instrumen advokasi untuk mencapai kesadaran dan memprioritaskan pencapaian hasil sanitasi.

Ia menjelaskan, kabupaten/kota akan dinilai berdasarkan data yang diinput ke ppsp.nawasis.info berupa profil akses, profil infrastruktur, dan profil investasi. 
Dari data yang ada akan dinilai untuk menentukan indeks sanitasinya. Parameter yang dinilai yaitu tingkat  akses rumah tangga terhadap fasilitas sanitasi layak; ketersediaan infrastruktur serta kemampuan operasional dan perawatan; kelembagaan dan regulasi pendukung pembangunan sanitasi; dan investasi dalam pembangunan sanitasi.(bang imam/sanitasi.or.id/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silahkan memberikan komentar yang tidak menghasut, memfitnah, dan menyinggung sara dan komentar menjadi tanggung jawab pemberi komentar. jika komentar lebih panjang dan memerlukan jawaban bisa ke email: bangimam.kinali@gmail.com, WA 0813-14-325-400, twitter: @BangImam, fb: Bang Imam Kinali Bekasi, ig: bangimam_berbagi