LAMAN

Senin, 01 September 2014

Kota Bukittinggi kini Julukannya jadi Kota Polwan



Film Dokumenter Pariwisata Kota Bukittinggi

Kota Pariwisata dan Kota Polwan


Bagi masyarakat Sumatera Barat, Kota Bukittinggi merupakan kota wisata sekaligus kota belanja. Disebut kota wisata karena di daerah ini banyak objek wisata yang harus dikunjungi dan tidak habis dinikmati hanya 2-3 hari.

Udaranya sejuk dan dingin. Pagi hari masih diselimuti kabut. Objek wisata terkenal diantaranya Jam Gadang, Museum Bung Hatta, Lobang Jepang, Janjang Ampek Puluah (tangga empat puluh), Jembatan Limpapeh, Ngarai Sianok, Gunung Marapi, Ambun Pagi dan wisata tenun khas Minang.


Banyak lagi wisata lainnya, seperti kotanya yang bersih, sejuk, dan adem serta ramah.

Ada juga wisata belanja di Pasar Aua Kuniang samping terminal Bukittinggi. Pasar ini sangat luas, besar dan sangat lengkap. Orang Minang bilang miniatur Pasar Tanah Abang di Jakarta.

Karena saya berasal dari Pasaman Barat, jika ingin berkunjung ke daerah ini melewati Manggopoh, Lubuk Alung, Lubuk Basung, Danau Maninjau dan Kelok Empat-Empat dan sampai di puncak Embun Pagi hingga ke Kota Bukittinggi.

Dari Pasaman Barat, angkutan umum jenis bus sedang hingga besar setiap hari melayani Air Bangis-Bukittinggi, Simpang Ampek-Bukittinggi, dan Talu-Bukittinggi. 

Jalur lainnya menuju Bukittinggi dari Medan via Rimbo Panti/Bonjol/Lubuk Sikaping, dari Pekanbaru via Kelok Sambilan/Payakumbuh, dari Solok via Batusangkar/Sijunjung/Tanah Datar, dan dari Padang via Bandara Internasional Minang Kabau/Padang Pariaman/Padang Panjang.

Kota Polwan

Hari ini tepat, 1 September 2014. Kota ini adalah tempat kelahirannya Polisi Wanita (polwan) Indonesia. 

Sejarah kelahiran Polisi Wanita (Polwan) di Indonesia tak jauh berbeda dengan proses kelahiran Polisi Wanita di negara lain, yang bertugas dalam penanganan dan penyidikan terhadap kasus kejahatan yang melibatkan kaum wanita baik korban maupun pelaku kejahatan.

Polwan di Indonesia lahir pada 1 September 1948, berawal dari kota Bukittinggi, Sumatera Barat, tatkala Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) menghadapi Agresi Militer Belanda II, dimana terjadinya pengungsian besar-besaran pria, wanita, dan anak-anak meninggalkan rumah mereka untuk menjauhi titik-titik peperangan.

Untuk mencegah terjadinya penyusupan, para pengungsi harus diperiksa oleh polisi, namun para pengungsi wanita tidak mau diperiksa apalagi digeledah secara fisik oleh polisi pria.
Untuk mengatasi masalah tersebut, Pemerintah Indonesia menunjuk SPN (Sekolah Polisi Negara) Bukittinggi untuk membuka "Pendidikan Inspektur Polisi" bagi kaum wanita.

Setelah melalui seleksi terpilihlah 6 (enam) orang gadis remaja yang kesemuanya berdarah Minangkabau dan juga berasal dari Ranah Minang, yaitu:
  1. Mariana Saanin Mufti
  2. Nelly Pauna Situmorang
  3. Rosmalina Pramono
  4. Dahniar Sukotjo
  5. Djasmainar Husein
  6. Rosnalia Taher
Ke enam gadis remaja tersebut secara resmi tanggal 1 September 1948 mulai mengikuti Pendidikan Inspektur Polisi di SPN Bukittinggi. Sejak saat itu dinyatakan lahirlah Polisi Wanita yang akrab dipanggil Polwan.
Keenam Polwan angkatan pertama tersebut juga tercatat sebagai wanita ABRI pertama di tanah air yang kini kesemuanya sudah pensiun dengan rata-rata berpangkat Kolonel Polisi (Kombes).

Yuk berwisata ke Bukittinggi

(bang imam/berbagai sumber)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silahkan memberikan komentar yang tidak menghasut, memfitnah, dan menyinggung sara dan komentar menjadi tanggung jawab pemberi komentar. jika komentar lebih panjang dan memerlukan jawaban bisa ke email: bangimam.kinali@gmail.com, WA 0813-14-325-400, twitter: @BangImam, fb: Bang Imam Kinali Bekasi, ig: bangimam_berbagi