LAMAN

Sabtu, 05 April 2014

Siapa Pilihan Kami...?

Apakah pilihan kita harus berbeda....!!!

Jalan Ahmad Yani, Bekasi
Mengingat pagi ini hari terakhir masa kampanye, pesta segera usai tinggal memilih dan menunggu hasilnya. Pagi ini, Sabtu, 5 April 2014 pada pukul 08.00 Wib, saya menghubungi Ayahandaku yang sudah sepuh, menanyakan kabar dan kesehatannya. 

Jawabannya sehat....dan sedang menunggu makan pagi. Di Kampung Baringin, Lingkungan VIII, Kelurahan Sangkunur, Kecamatan Angkola Sangkunur, Kabupaten Tapanuli Selatan, Provinsi Sumatera Utara sekira 448 km dari Kota Medan. Kampung ini sebenarnya bukan asal muasal Ayahanda, melainkan persinggahan terakhirnya menunggu, katanya menghadap Tuhan-Nya.

Beliau dan Ibunda baru menetap di daerah tersebut sekitar tahun 1995. Sebelumnya mereka berpindah-pindah tempat tinggal karena tuntutan pekerjaan dan mengadu nasib. Sehingga seluruh anaknya tempat kelahirannya berbeda-beda. Contoh anak terakhir, sibungsu, [panggil Bang Imam] saya lahir di Panti, Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat.

Kemudian saya dibesarkan di kota kecil, yaitu di Pasar Tempurung, Kecamatan Kinali, Kabupaten Pasaman Barat, Sumatera Barat. [di google Rimbo Tempurung, karena waktu itu daerah ini masih sebagai hutan belantara di bawah Gunung Pasaman, tetapi saat ini sudah dibuka menjadi kebun sawit milik Pemerintah].

Usai berbasa-basi menanyakan berbagai hal, Ayahandaku sudah menetapkan pilihannnya, terutama untuk memilih wakilnya untuk tingkat DPRD Kabupaten Tapanuli Selatan, yaitu Jabbar Harahap, calon anggota legislatif nomor urut 1 dari Partai Demokrat, Daerah Pemilihan V yang meliputi Kecamatan Angkola Sangkunur, Angkola Barat dan Angkola Selatan.

Pilihan ini didasarkan atas kedekatan dan kekerabatan. Jabbar Harahap masih merupakan keponakannya. Calon legislatif ini tinggal persis di depan rumahnya, seberang jalan. 

Padahal menurutnya, sejak pemilihan pertama kalinya hingga pemilu terakhir 2009, dia selalu mencoblos Golkar. Pasalnya Ayahandaku ini lebih akrab dan berhubungan selalu dengan pekerjaannya dengan Golkar.

Tetapi pilihan kali ini beda. Pasalnya selain dekat dan masih kerabat, Jabbar Harahap tergolong tokoh pemuda yang baik di kampung halamannya.


Pilihan ke Demokrat juga sudah berdasarkan konsultasinya kepada saya beberapa waktu lalu. Pagi inipun, Ayahanda sudah menetapkan dan menerima saran, bahwa yang harus dipilih adalah orang yang baik, jujur dan masih dekat sehingga mampu dikenal kepribadiannya, dan tentunya nantinya jika benar-benar terpilih bisa menjadi wakil kita dalam mengawal pembangunan untuk kesejahteraan rakyatnya.

Bagaimana dengan pilihan kami sekeluarga di Jakarta dan Bekasi, tentu berbeda. Namun metode memilihnya pasti sama. Yang pertama, calonnya harus kita kenal, kepribadian baik dan jujur serta selama ini kapasitasnya mumpuni untuk menjadi wakil kita.

Kita harus memilih, bukan berdasarkan kecocokan partai, melainkan kepribadiannya. Apapun partainya, jika calon legislatif itu rekam jejaknya memang baik, wajib didukung dan dipilih, tanpa harus melihat dia berasal darimana dan dari partai mana.

Sebab, saat ini banyak calon legislatif yang tiba-tiba layaknya mirip ustadz, orang dermawan, mirip guru, dan mirip orang kantoran yang necis dan ramah setiap harinya. Padahal kita tahu secelum dia menjadi calon legislatif, kelakuannya jauh dari hal-hal yang positif dan baik. Bahkan tidak dikenal oleh tetangganya sendiri.

Saya melihat kelakuan beberapa calon legislatif di dekat tempat tinggal saya, Perumnas II, Kayuringinjaya, Bekasi Selatan. Beberapa calon DPRD yang mengaku ditokohkan dan orang baik (tiba-tiba) di Kayuringin, masih saja memasang baliho besar-besar, spanduk dan memaku posternya di pohon-pohon, tiang listrik dan dekat kawasan tempat ibadah dan tempat pendidikan.

Padahal menurut saya itu adalah hal yang aneh, bukankah kalau dia sudah menjadi tokoh di tempat tinggalnya tidak perlu lagi memasang baliho untuk memperkenalkan diri, apalagi merusak pohon dan mengganggu fasilitas umum seperti sekolah, masjid, gereja dan lainnya.

Harusnya dengan daerah pemilihan yang begitu luas, minimal 2-3 kecamatan, seharusnya baliho besar, poster, spanduk bisa dipasang di daerah lain untuk menjangkau pemilih dan memperkenalkan dirinya. Buat apa memasang dikandang sendiri, toh semua orang sudah kenal. Kan ini namanya mubazir, atau memang dia hanya ingin memperlihatkan diri kepada tetangganya, pamer gitu....!!!!!

Saya sendiri 5 tahun terakhir, periode 2009-2014, hampir semua anggota DPR-RI, DPRD Jawa Barat dan DPRD Kota Bekasi asal pemilihan Bekasi, hampir semuanya tidak saya kenal secara pribadi dan tidak tahu apa yang mereka lakukan 5 tahun terakhir.

Anehnya dengan percaya diri, mereka mengaku telah bekerja keras dan pro rakyat. Aneh....memang, tetapi itulah kenyatannya.

Saya sebetulnya tetap akan memilih, tetapi saya ingin melihat kalau yang saya pilih bukan cuma orang yang obral janji dan pura-pura jadi orang baik mendadak. Bukan juga calon yang memaku poster dirinya di pohon, saya tidak akan pilih orang yang seperti ini.

Saya juga tidak akan memilih calon yang memasang spanduknya merusak hutan kota, taman kota dan mengikat spanduknya di tiang listrik.

Saya juga tidak akan memilih calon yang memasang baliho, spanduk dan poster di depan Masjid, Gereja, Sekolah dan fasilitas umum lainnya.

Saya juga tidak akan memilih calon legislatif yang masih memasang posternya, padahal sudah memasuki masa tenang (6-9 April 2014).

Saya akan memilih calon legislatif mulai dari DPR-RI, DPRD Jawa Barat dan DPRD Kota Bekasi yang tidak memasang spanduk/poster/baliho di pohon-pohon, tiang listrik, taman kota, hutan kota, fasilitas umum seperti masjid, gereja, sekolah dan lainnya. Serta dengan kerelaan diri dan kesadarannya untuk mencopot kembali baliho/poster/spanduk menjelang masa tenang.

Jika ada calon DPR-RI, DPRD Jawa Barat, dan DPRD Kota Bekasi yang seperti ini, katakan kepada saya, saya akan memilih calon wakil saya yang mematuhi aturan.....

***Bang Imam, pemilih tinggal di Bekasi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silahkan memberikan komentar yang tidak menghasut, memfitnah, dan menyinggung sara dan komentar menjadi tanggung jawab pemberi komentar. jika komentar lebih panjang dan memerlukan jawaban bisa ke email: bangimam.kinali@gmail.com, WA 0813-14-325-400, twitter: @BangImam, fb: Bang Imam Kinali Bekasi, ig: bangimam_berbagi