LAMAN

Sabtu, 03 November 2012

Air PDAM Bekasi Sering Mati

Air PDAM Tirta Bhagasasi Bekasi mengucur sangat kecil, bahkan sering mati. Foto: Bang Imam
Bekasi Selatan (BIB) - Kondisi air PDAM Tirta Bhagasasi Bekasi sering dikeluhkan para pelanggan. Terutama hampir setiap hari terjadi di pagi hari.

"Kalau pagi air ngucurnya cuma seiprit," ujar Asri warga Perumnas II yang sehari-harinya menggunakan air PDAM Tirta Bhagasasi untuk keperluan sehari-hari.

Menurutnya kondisi ini sudah lama terjadi, bahkan beberapa minggu terakhir air sama sekali tidak mengucur, sehingga ia harus mempergunakan air isi ulang hanya untuk keperluan mencuci pakaian dan mencuci piring.

"Padahal kalau kita telah bayar saja sudah ditegur dan didenda," ungkapnya kesal.

Setali tiga uang, kejadian yang sama juga dirasakan oleh LSM Sapulidi yang berkantor di Perumnas II Bekasi Selatan.

Di sekretariat tersebut hanya mempergunakan PDAM untuk keperluan pemanfaatan air. Sehingga jika pada pagi hari dan sore hari air hanya mengucur sedikit sekali. Bahkan sering air tidak mengucur sama sekali.

Direktur Sosial dan Pendidikan LSM Sapulidi, Tengku Imam Kobul Moh. Yahya S sangat prihatin dengan kondisi tersebut.

Menurutnya masih banyak cara PDAM untuk mengantisipasi ketersediaan air. Seperti memanfaatkan Kali Bekasi sebagai bahan baku dan meminimalisir kebocoran pipa.

"Bagaimana mau menambah pelanggan, yang ada saja sudah tidak kebagian air," ungkap Bang Imam panggilan akrabnya.

Berdasarkan data dari Kementerian Pekerjaan Umum, Kebutuhan air hingga tahun 2030 di Bekasi akan semakin meningkat. Sementara ketersediaan air tidak mampu mencukupi kebutuhan tersebut.

"Perbandingannya tahun 2010 lalu ketersediaan air cuma 5,02 m3/detik. Kebutuhan pola 2030 mencapai 15,0 m3/detik dan kebutuhan base case mencapai 24,1 m3/detik. Sehingga defisit ketersediaan air diperkirakan mencapai 20,4 m3/detik. Kondisi ini harus diantisipasi oleh PDAM Bekasi," terang Bang Imam lagi.

Saat ini cakupan layanan air minum di Kabupaten Bekasi baru terpenuhi sekitar 34% dan 35% di Kota Bekasi. 

IPAM Tegalgede


Kementerian Pekerjaan Umum (PU) meresmikan pembangunan tahap I instalasi pengolahan air (IPA) Tegalgede Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Bhagasasi, di Kabupaten Bekasi, senilai Rp230 miliar. 

Menurut Menteri PU Djoko Kirmanto, proyek air bersih minum Tegalgede ini sangat potensial untuk segera dikembangkan lebih besar lagi. 

Hal itu menurutnya karena pasokan air bersih di kawasan industri Cikarang Bekasi masih sangat kurang.

"Dengan adanya IPA Tegalgede ini, maka ada penambahan 17.600 unit sambungan rumah (SR) atau setara 105.600 jiwa, dengan total penduduk Kabupaten Bekasi 2,7 juta jiwa," kata Djoko, usai acara peresmian IPA Tegalgede, di Bekasi, hari ini.

Diketahui, saat ini PDAM Tirta Bhagasasi baru bisa memenuhi 34 persen kebutuhan air minum masyarakat Kabupaten Bekasi dan 35 persen penduduk Kota Bekasi, atau sekitar 159.930 SR. 

Makanya, dengan adanya pembangunan IPA ini, diharapkan dapat mengejar target pelayanan di atas 72 persen air minum di Bekasi.

Pembangunan IPA ini sendiri merupakan kerja sama business to business antara PDAM Bhagasasi dengan PT Moya Indonesia. 

Investasi untuk pembangunan IPA sebesar Rp230 miliar dibagi dalam dua tahap pengerjaan hingga 2013. Pada tahap pertama, pembangunan dilakukan dengan menambah kapasitas dari total 420 liter per detik menjadi 640 liter per detik. 

Kemudian pada tahap kedua, akan dilakukan pembangunan IPA baru dengan kapasitas 500 liter per detik.

Dikatakan Djoko, dengan demikian target pelanggan di Bekasi dan sekitarnya akan bisa bertambah menjadi 345.600 jiwa, atau sekitar 57.600 SR. 

Sementara, untuk tarif rata-rata air ini hingga ke pelanggan adalah Rp5.963 per meter kubik, dengan tingkat konsumsi rata-rata 19,15 meter kubik per kepala keluarga (KK) per bulan.

Djoko menjelaskan, akses aman air minum nasional tahun 2011 sendiri baru mencapai 55,04 persen. 

Sementara pemerintah, menurutnya, memiliki komitmen untuk mencapai target Millenium Development Goals (MDGs), yaitu pada tahun 2015 sekurang-kurangnya 68,87 persen. 

Untuk mengejar kekurangan ini, kata Djoko lagi, dibutuhkan kerja sama antara pemerintah dan swasta seperti di IPA Tegalgede ini.

"Untuk mencapai MDGs, dibutuhkan biaya sebesar Rp65,3 triliun. Sementara pemerintah melalui dana APBN, diperkirakan hanya mampu menyediakan sebesar Rp37,7 triliun," ujarnya.

Oleh karena itu, Djoko menyebut bahwa peran swasta dalam mengurangi gap pendanaan infrastruktur air bersih dan air minum itu sangat penting. 

"Peran Swasta dan pembiayaan lainnya sangat penting. Karena kebutuhan akan air minum ini setiap tahun meningkat, termasuk jkumlah penduduknya," kata Djoko.

Djoko juga mendesak kepada PDAM di seluruh Indonesia untuk menekan tingkat kobocoran yang masih sangat tinggi di seluruh PDAM. 

Di mana bahkan menurutnya, ada kebocoran PDAM yang mencapai 50 persen lebih, sehingga bisa merugi. 

"Kita harapkan PDAM ini bisa menurunkan tingkat kobocoran sampai di bawah 30 persen," kata dia.

Selain itu, Djoko menyebutkan bahwa pemerintah juga mendesak PDAM agar tarif air bersihnya harus di atas harga produksi. 

Ini agar perusahaan air minum tersebut bisa lebih sehat dan mampu mengembangkan perusahaan lebih besar dan bisa menggandeng mitra atau investor. 

Karena menurutnya, dari 400 PDAM seluruh Indonesia baru ada 150 PDAM yang sehat, sedangkan sisanya masih kurang sehat dan sakit.

"Silakan kritik. Mulai sekarang, PDAM harus menjual airnya di atas (harga) produksi. Kalau masih di bawah produksi, lama-lama PDAM akan merugi dan gulung tikar. Jangan terlalu berharap mengandalkan subsidi pemerintah, tapi harus mampu mengembangkan perusahaan agar maju dan melayani masyarakat lebih besar lagi," kata dia.

Sebelumnya, PT Bekasi Putra Jaya dan perusahaan asal Arab Saudi, PT Moya Indonesia, sudah melakukan tandatangan proyek peningkatan dan modernisasi Instalasi Pengolahan Air Minum di Tegalgede Bekasi, Jawa Barat, senilai US$ 17 juta.

Proyek ini merupakan proyek skema kerja sama pemerintah dengan pola bussiness to bussiness (B to B) antara PDAM Tirta Bhagasasi dengan BUMD Bekasi, yakni PT Bekasi Putera Jaya dan investor asing. 

Dalam kerja sama tersebut, seperti dikatakan Kepala Badan Pendukung Pengembangan dan Sistem Penyediaan Air Minum (BPPSPAM), Rachmat Karnadi, investor melakukan peningkatan produksi air bersih sebesar 560 liter per detik secara bertahap.

Saat ini, produksi air di IPA Tegalgede itu mencapai sekitar 450 liter per detik. Artinya, dengan peningkatan itu, kapasitas air bersih yang dihasilkan akan mencapai 1.010 liter per detik. 

"Peningkatan kapasitas akan meliputi desain, bangunan, operasi dan transfer (DBOT), dengan masa konsesi selama 25 tahun," kata Rachmat.

Pelaksanaan kerja sama KPS proyek itu berlandaskan Permen PU No. 12/2010 tentang pedoman kerja sama pengusahaan pengembangan sistem penyediaan air minum. 

Aturan tersebut menyebutkan jika kerja sama full investasi dengan KPS yang memungkinkan penyederhanaan proses kerja sama B to B dengan konsep win win solution, untuk percepatan pencapaian target rencana bisnis PDAM terkait.

IPA Tegal Gede yang berada di bawah kewenangan PDAM Tirta Bhagasasi, saat ini pelayanannya baru mencapai 31 persen dari target 80 persen untuk masyarakat perkotaan. 

Artinya, untuk mencapai MDGs empat tahun ke depan, mereka harus merealisasikan target 49 persen cakupan layanan. 

Adapun produksi total PDAM tersebut mencapai 2.150 liter per detik, dengan 99 persen sumber air bakunya berasal dari Kali Malang yang diolah dengan pengolahan lengkap pada lima instalasi, dan sisa 1 persen berasal dari sumber sumur dalam. (bang imam/pemkotbekasi/A-102)

KONDISI PDAM TIRTA BHAGASASI BEKASI

Luas Wilayah                                  : 148.457 ha
Jumlah penduduk yang dilayani         : 2,3 juta jiwa
Wilayah administrasi                        : 35 kecamatan
Cakupan pelayanan                           : 34,37 persen
Tingkat kehilangan                            : 31,27 persen
Kapasitas terpasang                           : 2.160 liter/detik
Jumlah sambungan                            : 153.930 sambungan rumah
Harga pokok produksi                       : Rp. 3.975 m/k
Tarif rata-rata                                  : Rp. 5.963 m/k



 

4 komentar:

  1. sudah 2 hari kondisi air mati PDAM Bekasi Utara terutama di Pondok Babelan Indah tak kunjung bertanggung jawab atas kebutuhan air yg notabene palanggan ditagih abonemennya setiap bulan, paling tidak dikirim mobil tanki air seperti yg dilakukan pihak perusahaan air wil Jkt.

    BalasHapus
  2. PDAM Di daerah bekasi barat sudah 2 hari ini mati total..

    BalasHapus
  3. He he he pam modar itu biasa. Apa lagi di musim hujan yg seharusnya pasokan air melimpah justru pam di bintara bekasi barat kering kerontang. Sekarang tgl 9 des 2015 modar lagi udh berhari2. Kabarnya pompa pam klelep. kapan ya air bisa bersih lancar. Bukanya. Air kecil keruh pula. Padahal bukanya kita bayar harga air bersih (minum) bukanya harga air keruh.

    BalasHapus
  4. Gak jelas ngalirnya...bekasi utara deket proyek pjb muara tawar..
    Tiap hari nganggsu air sumur gara2 pdam jarang ngalir

    BalasHapus

silahkan memberikan komentar yang tidak menghasut, memfitnah, dan menyinggung sara dan komentar menjadi tanggung jawab pemberi komentar. jika komentar lebih panjang dan memerlukan jawaban bisa ke email: bangimam.kinali@gmail.com, WA 0813-14-325-400, twitter: @BangImam, fb: Bang Imam Kinali Bekasi, ig: bangimam_berbagi